Jumat, 27 November 2015

FIRST SIGHT, PENCERAH NUSANTARA #1



Bismillahirrahmanirrahiim...

Semoga belum terlambat untuk mulai menuliskan cerita ini. Serangkai cerita yang akan melahirkan seorang Retno yang baru. Cerita ini berawal pada sekitar tahun 2012.

Seorang calon sarjana yang baru menyelesaikan Pre-Dietetic Internship, menunggu waktu hingga hari yudisium dan wisuda tiba. Beberapa bulan terakhir dia sudah menerka-nerka, ke manakah dia akan pergi setelah menyandang gelar sarjana gizi. Apa lagi yang mau dia buat? Akan segera ada “S.Gz” di belakang namanya. Lama dia merenung sendiri, berbagai pilihan terbuka. Mau berkarir,atau S2, atau yang lain? Hehm...sebenarnya ada yang dia risaukan. Tentang apa sebenarnya passion yang dia punya, apa yang dia mau. Dia hanya ingin berguna, seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya. Bagaimana caranya?
Lalu menarilah jemarinya di atas laptop. Seperti biasa, menulis dan mencari. Mencari tau apa yang bisa dia perbuat. Entah bagaimana caranya, mungkin ada sesuatu yang gaib yang mengarahkannya, tiba-tiba matanya membelalak, dahinya mengernyit, membaca 2 kata: PENCERAH NUSANTARA.
Penasaran. Dia sudah pernah tau, suatu gerakan semacam Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala. This Pencerah Nusantara thing’s sounds similar like that. But wait! What exactly is it?
Dia habiskan segala informasi tentang Pencerah Nusantara. Mencoba mencari jawaban 5W+1H. Hehm...belum semua pertanyaannya terjawab, tapi dia sudah menemukan sesuatu. Bahwa di sanalah, melalui Pencerah Nusantara, dia berharap bisa melakukan sesuatu yang berguna, seluas-luasnya, sebanyak-banyaknya, semampunya.

Dia-nya adalah saya. Mengenal Pencerah Nusantara sejak masih bayi di awal-awal kelahirannya, lalu bertekad suatu saat saya akan bergabung di dalamnya. Tapi apa daya tahun 2012, saat pembukaan registrasi Pencerah Nusantara angkatan 1, saya belum sepenuhnya lulus. Status saya masih menunggu yudisium dan wisuda. So I kept this for someday...

Lalu saya melanjutkan hidup. Hingga pada suatu hari di Juni 2014...

Saat itu saya tengah dalam tugas proyek penelitian survei tingkat nasional di satu kabupaten di Jawa Timur. Sampailah kepada saya kabar Pencerah Nusantara membuka pendaftaran untuk angkatan ke-3. Tanpa ragu, saya harus daftar! Beberapa hari menyusun essay untuk aplikasi. Menuangkan buah pikir yang memang ingin saya wujudkan bila diizinkan bergabung dalam barisan Pencerah Nusantara.
Essay selesai, tibalah saat mengirim. Wah! Tidak semudah itu mengirim aplikasi ini. Saya sedang survei, di daerah minim sinyal atau koneksi internet. Untuk mengirim aplikasi secara online, kondisinya sedang tidak semudah itu! Mendekati waktu deadline pengiriman, mendekati saat saya bersama tim survei harus berpindah ke lokasi survei di gunung! Sama sekali tidak ada sinyal di sana. Jadi, bagaimana pun caranya, aplikasi ini harus segera dikirim sebelum kami ke gunung! Hari ini, saat itu. Usai survei biasa sudah sore, maka saya baru bisa “turun gunung” ke kota baru menjelang petang hari, ke warnet terdekat untuk melengkapi aplikasi online. Setelah dikirim, lega. Soal pulang balik “naik gunung” sudah gelap karena minimnya penerangan jalan, itu urusan nanti! Haha...

Lalu menunggu... Hingga pada suatu saat, saya terima email... tertanggal 01 Juli 2014.


 SAYA LOLOS!!! ALHAMDULILLAH... Lolos Tahap I Seleksi Pencerah Nusantara sudah begitu bahagianya saya. Saya sambut bahagia undangan untuk hadir Seleksi Tahap II ke Jakarta.
Dalam hati ternyanyikan bait dari Sheila on 7, “Tunggulah aku...di Jakartamu, tempat labuhan semua mimpiku. Tunggulah aku...di kota itu, tempat labuhan semua mimpiku...” maaf agak berlebihan, tapi memang itulah yang saya rasakan, saat itu.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar