Sabtu, 28 November 2015

DIRECT ASSESSMENT, SELEKSI PENCERAH NUSANTARA 3 #2



Dengan kemantapan hati, ditenagai restu dan doa orang tua, dengan bait Sheila on 7 masih terngiang-ngiang...Saya mantab! Bersiap ke Jakarta, seleksi tahap kedua. Bismillah...

Oya! Hari di mana saya berangkat ke Jakarta untuk Direct Assessment, Seleksi Tahap II Pencerah Nusantara, waktu itu tanggal 9 Juli 2014. Di tanggal ini bertepatan dengan beberapa kejadian penting di dunia dan Indonesia. Suka aja saya mengubung-hubungkan.
Pertama, sejak tengah malam, tengah berlangsung Final Piala Dunia yang hasilnya Jerman menang 7-1 atas tuan rumah Brazil. Saya ga ngerti bola. Tapi kalau Piala Dunia saya suka ngikuti, nonton kalau Jerman yang main. Der Panser tim favorit saya dari dulu. Dan Jerman menang telak, ikut euforia senengnyaa...
Kedua, tanggal 9 Juli 2014 adalah saatnya Pemilu Presiden Indonesia. Pesta demokrasi katanya. Pemilu yang akan dikenang sebagai Pemilu head-to-head karena hanya ada 2 pasangan calon berhadapan. Pemilu yang untuk menujunya banyak intrik, masing-masing pendukung dan tim sukses pasangan calon berusaha menarik pendukung lebih banyak, lebih banyak lagi. Bagi saya, ini merupakan Pemilu langsung kedua setelah sebelumnya tahun 2009 untuk pertama kalinya saya menggunakan hak suara saya. Walaupun jujur saya akui sebenarnya tidak memihak dan tidak terlalu simpati pada 2 pasangan calon, tapi saya tetap memilih. Pagi hari saya masih sempat ke TPS menyumbang suara.
Ketiga, waktu itu juga masih dalam bulan Ramadhan. Tanggal 9 Juli 2014, hari Rabu, hari saya akan berangkat ke Jakarta. Puasa tidak menghalangi, puasa justru memperkuat tekad. Kalau dipikir sekarang, begitu senangnya saat-saat menentukan ini juga terjadi di bulan Ramadhan.
Menjelang sore, berangkat dengan penuh semangat ke Jakarta, menumpang KA Matarmaja kesayangan dari Stasiun Kota Baru Malang. Maghrib pun berbuka di tengah perjalanan. Tidak masalah. Hingga esok siangnya, saya sampai juga ke penginapan yang disediakan oleh panitia. Check in. Saya datang lebih awal dari yang dijadwalkan, dari resepsionis saya tahu saya akan berbagi kamar dengan 1 orang yang juga akan tes Pencerah Nusantara besok. Teman sekamar saya belum datang. Beristirahat sejenak, saya berencana mencari lokasi kantor tempat seleksi karena belum pernah mengenal daerah yang saya datangi di sekitaran Menteng, Jakarta Pusat.
Selepas ashar, sengaja berjalan saja memutari area hotel sekaligus mencari tempat makan untuk buka puasa. Lalu ternyata justru menemukan tempat itu di Masjid Cut Meutia. Menghabiskan maghrib sampai tarawih sekali di sana.
Dan hey! Saya belum menemukan kantor tempat tes besok. Maka selepas dari Cut Meutia, saya lanjutkan berjalan mencari kantor di Jalan Teuku Umar. Kembali ke hotel setelah menemukannya.
Teman sekamar saya belum datang rupanya. Saya beli camilan dulu untuk mengganjal perut dan persiapan sahur, di satu toko di depan hotel.
Tidak lama sekembalinya saya dari membeli camilan, teman sekamar saya datang. Seorang bidan, namanya Kurnia Safitri, dipanggil Afit. Alhamdulillah akhirnya ada teman ngobrol setelah seharian menikmati me time. Sudah malam, berdua istirahat, menyiapkan diri untuk besok.
Esoknya, 11 Juli 2014. Hari Jumat. Bisa dibayangkan betapa senangnya saya saat-saat menentukan ini terjadi di hari Jumat, di bulan Ramadhan, saat saya puasa. Bismillah, berangkat bersama Afit berjalan menuju kantor di Jalan Teuku Umar. Sesampainya di sana, belum terlambat, tapi sudah banyak yang datang, jadi kami dapat kursi di bagian belakang karena kursi di depan sudah penuh.

 
Untuk bisa memakai nametag begini saat tes pun sudah seneng banget, Ralat Tanggal: 11 Juli 2014

Duduk, mendengar seorang cantik memberikan pangantar dan semangat bagi kami yang akan tes hari ini. Nantinya saya akan tahu wanita cantik ini bernama Anindita Sitepu, dipanggil Kak Nindi. Saat itu saya belum tahu bahwa Kak Nindi akan membersamai tim saya sebagai wali kelas selama penugasan Pencerah Nusantara. Mana saya tahu juga Kak Nindi-lah yang akhirnya mengkomandoi pengelolaan Pencerah Nusantara sebagai Direktur. Saat itu saya hanya duduk menyimak, Kak Nindi yang saat itu tergabung dalam tim Program memberikan pengantar apa yang akan kami lalui. Kak Nindi menampilkan video Mbak Diah, Asisten Utusan Khusus Presiden untuk MDGs, yang juga menyambut dan memberi pengantar kepada kami.



Kak Nindi memberikan sambutan


Singkatnya, kami melalui beberapa tes. Tes psikologi, yang terdiri dari beberapa tahap, beberapa jenis tes kami lalui, sampai saya heran sendiri sebegitunya Pencerah Nusantara memastikan merekrut orang yang betul-betul waras. Hehe...
Lalu Focused Group Discussion, kami berkelompok membahas beberapa kasus yang bisa jadi akan ditemui di lapangan. Lalu tes wawancara secara panel. Saya berhadapan dengan 4 interviewer. Mungkin karena sedang dalam suasana senang, entah mengapa saya sama sekali tidak grogi menjalani tes yang menghabiskan waktu dari pagi hingga lepas tengah hari ini. Termasuk saat wawancara, malah beberapa kali saya tertawa. Aduh! Beraninya...di hadapan pewawancara.

Ahh...sudah berlalu. Saya tidak terlalu ambil pusing.

 
Ruang tes psikologi setelah usai. berubah jadi ajang obrolan siang. Great to meet them

  Seusai wawancara, kembali ke ruangan tes utama. Belum langsung pulang kembali ke hotel, walaupun rangkaian tes sudah usai, masih banyak yang duduk-duduk menunggu. Setelah seharian menjalani tes dan belum sempat berkenalan satu sama lain, ini saatnya bersosialisasi. Saling mengenal, tanya nama, tanya asal, naik apa ke Jakarta, menginap di hotel kamar nomor berapa, take a picture, dan sebagainya. Hingga pada akhirnya...sebagian kami yang memang dari luar kota memutuskan akan menikmati Jakarta sejenak. Tiba-tiba kami punya agenda buka bersama dan sholat maghrib di Masjid Istiqlal!! Sudah diputuskan. Segera balik ke hotel, bersiap-siap.




Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar