Rabu, 25 Desember 2013

Kultwit Ustadz Salim A Fillah tentang Natal

Kontroversi ucapan selamat natal kepada Kaum Nasrani selama ini telah mengemuka, dan terkesan tidak pernah rampung dibicarakan. Ustadz Salim A Fillah melalui Kultwitnya siang ini (24 Desember 2011) menyajikan pembahasannya secara seimbang dengan mengetengahkan beberapa pendapat. Silakan simak kultwit #Natal berikut, atau langsung ke TL @salimafillah:


Ada kesalahfahaman. Di teks Fatwa MUI; yang haram adalah PERAYAAN NATAL BERSAMA, bukan ucapan selamat; http://media.isnet.org/antar/etc/NatalMUI1981.html


Sayang sekali; banyak yang tak membaca teks Fatwa MUI; lalu mengharamkan atas nama mereka apa yang tiada di teks; atau terlanjur memaki..

1. Natal ini, terkenang ujaran Allahu yarham KH Abdullah Wasi’an (kristolog Jogja -red); “Saudara-saudaraku Nashara terkasih, beda antara kita tidaklah banyak.”

2. Wasi’an: “Kalian mengimani Musa, juga ‘Isa. Kamipun sama. Tambahkanlah satu nama; Muhammad. Maka sungguh kita tiada beda.”

3. Wasi’an: “Kalian imani Taurat, Zabur, & Injil. Kamipun demikian. Tambahkan Al Quran, maka sungguh kita satu tak terpisahkan.”

4. Sungguh adanya kerahiban jadikan kalian lembut hati & dekat pada kami; sementara Yahudi & musyrik musuh terkeras kita. (QS 5: 82).

5. Tapi mungkin memang sudah tabiat ‘aqidah, satu sama lain tak rela jika kita tak serupa dalam agama secara sepenuhnya. (QS 2: 120).

6. Bagaimanapun, selama kita tak saling memerangi & usir-mengusir tersebab iman, tak terlarang kita saling berkebajikan. (QS 60: .

7. Maka inilah kita mencari titik singgung iman demi kebersamaan; itulah pengakuan ke-Ilahi-an Allah tanpa persekutuan. (QS 3: 64).

8. Tetapi kami insyafi sepenuhnya, yakin di dada tak bisa dipaksakan. Kami hormati segala nan tak bisa dipertemukan. (QS 109: 6).

9. Dalam keberbedaan itu, izinkan kami tetap mencintai ‘Isa & Maryam, meski kami tak bisa memohon kalian mentakjubi Muhammad.

10. Izinkan jua kami, membaca dengan berkaca-kaca betapa indah Surat dalam Quran yang berjudul Maryam. Gadis tersuci sepanjang zaman.

11. Najasyi Habasyah & Uskup-uskupnya, juga para Patriarkh Najran menitikkan airmata, dibacakan Surat Maryam. Berkenankah kalian jua?

12. Ini sungguh bukti bahwa Allah, Nabi, & Al Quran kami mengajarkan pemuliaan nan mengharukan pada Maryam & ‘Isa yang tiada duanya.

13. Termuliakanlah ‘Isa dengan penciptaan & kelahiran nan ajaib yang bagi kami begitu agung sebagaimana penciptaan Adam. (QS 3: 59).

14. Termulialah ‘Isa nan bicara dalam buaian. Salam sejahtera baginya di saat lahir, kelak diwafatkan, & nantinya dibangkitkan. (QS 19: 33)

15. Saudara Nasrani terkasih; kami mencintai ‘Isa, Nabi & RasulNya. Ruh & kalimatNya, yang ditiup-tumbuhkan dalam rahim suci Maryam.

16. #Natal ini, kalian rayakan kelahiran ‘Isa yang agung; tapi bagi kami tanggal 25 Desembernya agak membuat terkerut dahi bertanya-tanya.

17. Sebab Maryam nan sungguh berat ujiannya itu bersalin di saat kurma masak penuh tandannya. Kemungkinan itu Maret, bukan Desember.

18. Maafkan jika menyinggung hati, tapi sungguh telah ditulis para Sejarawan, 25 Des itu hari kelahiran Janus & Mitra, Dewa Matahari.

19. Sungguhpun ingin rasanya syukuri lahirnya Rasul Ulul ‘Azmi nan teguh hati; ‘Isa, agak tak nyaman hati kami dengan hari pagan ini.

20. Sayangnya, hampir seluruh gereja sudah menyepakatinya, sampai seorang Sejarawan memelesetkan ‘Son of God’ sebagai ‘Sun of God’.

21. Itulah awal-awal yang membuat kami berat hati untuk ucapkan Salam Natal. Ini harinya Janus & Mitra. Bukan harinya ‘Isa, kawan terkasih.

22. Tentu tradisi ribuan tahun dengan salju & cemara, pohon sesembahan pagan Eropa itu tak bisa kami paksa untuk diubahkan seenaknya.

23. Tinggal kini, dalam hasrat hati tuk membalas penghormatan yang kalian berikan di ‘Idul Fitri & Adhha, kami kan simak para ‘ulama.

24. Sungguh, agama ini memerintahkan untuk membalas tiap pemuliaan dengan penghargaan yang lebih baik, minimal senilainya. (QS 4: 86)

25. Yang disepakati para ‘ulama atas keharamannya adalah keterlibatan dalam segala yang bernilai ritual & ibadah. Pun jua Fatwa MUI.

26. Jika keterlibatan dalam kegiatan Natal nan bersifat ibadah & ritual disepakati haramnya, para ‘ulama ikhtilaf pada soal ucapan selamat.

27. Yang membolehi selamat Natal al Dr. Musthafa Az Zarqa, Dr. Yusuf Al Qaradlawy; menyebut tahniah tak terkait dengan ridha atas ‘aqidah.

28. Tahniah Natal, kata keduanya; bisa menjadi da’wah sebagaimana Ibrahim bicara tentang tertuhannya bintang, bulan, mentari. (QS 6: 77-83)

29. Oh iya, QS 6: 77-83 TIDAK berkisah tentang ‘Ibrahim Mencari Tuhan’, tapi ‘Ibrahim Berda’wah’, demikian ditegaskan Al Qurthuby.

30. Maka tahni-ah Natal yang diikuti komunikasi intensif sebagaimana dilakukan Ibrahim pada penyembah bintang, bulan, mentari adalah indah.

31. Dr. Abdussattar memberi catatan kemubahan tahni-ah Natal ini dengan kehati-hatian memilih diksi. Doa menuju hidayah lebih dianjurkan.

32. Adapun Al ‘Utsaimin, Lajnah Fatwa KSA (Kerajaan Saudi Arabia), dll cenderung mengharamkan tahni-ah Natal tersebab hal itu sama dengan meridhai ‘aqidah keliru.

33. Jadi ikhtilaf ‘Ulama terkait tahni-ah Natal ini ada di ranah pemaknaan kalimat ucapan tersebut. Masing-masingnya lalu mengajukan dalil.

34. Ulamapun berfatwa sesuai konteks di seputarnya, tentu ada perbedaan lingkungan sosial nan melatarbelakangi fatwa nan tak sama.

35. Lajnah Fatwa KSA & Al Utsaimin menjawab di negeri yang nyaris tiada Nasrani. Al Qaradlawy&Az Zarqa berfatwa tuk masyarakat majemuk.

36. Bagaimana sikap atas beda fatwa ucapan Natal? Kata Asy-Syafi’i, Al Khuruj minal Ikhtilaafi Mustahabb: keluar dari selisih itu disukai.

37. Dengan jernih hati & mengukur kapasitas diri, kita bisa mempertimbangkan kedua-duanya. Ada keadaan-keadaan yang harus dicermati.

38. Ikhtilaf ahli ilmu insyaaLlah menjadi kemudahan bagi kita untuk beramal yang tak sekedar benar, melainkan juga tepat & cerdas.

39. Akan ada yang menghajatkan fatwa Al Qaradlawy & Az Zarqa, al; di wilayah muslim minoritas, keluarga majemuk nan erat hubungan dll .

40. Akan ada juga yang hajatkan fatwa Al ‘Utsaimin pada posisi memelihara ‘izzah agama. Misalnya Raja KSA sebagai Khadimul Haramain.

41. Kata Abu Hanifah; yang terpenting BUKAN mengamalkan pendapat kami atau tidak. Melainkan mengetahui bagaimana kami menetapkannya.

42. Dan adalah dosa; mengatasnamakan ‘ulama tuk haramkan sesuatu; padahal mereka tidak; cermati misalnya Fatwa MUI ini: http://media.isnet.org/antar/etc/NatalMUI1981.html

43. Mengamalkan atau tak mengamalkan; jauh lebih ringan dari soal menghalalkan & mengharamkan; karena ia adalah haq Pembuat Syari’at.

44. Sebab itu; para ‘Ulama mengistilahkan beda pendapat Fiqh dalam dimensi SHAWAB (tepat) & KHATHA’ (keliru), bukannya HAQ & BATHIL.

45. Maka dengan ilmu memadai, mari beramal terbaik bagi iman kita pada Allah, bagi misi kita sebagai ummat terbaik di tengah manusia.

46. Demikian bincang Natal. Semoga tak kecewa karena jawabnya tak satu. Sebab Salim, bodoh untuk lancang mentarjih ikhtilaf Ulama;)

Selasa, 17 Desember 2013

Referensi Jurnal Gizi

Mahasiswa, akademisi, ato praktisi gizi suka butuh jurnal-jurnal. Semoga link di bawah ini bisa membantu. Silahkan komen bila ada tambahan referensi atau ada link yang tidak bisa dibuka. Sudah sempat dicek sih, tapi sapa tau aja ada yg broken...

Please enjoy journaling ^^
 

Selasa, 08 Oktober 2013

PANGGIL SAYA, RETNO.



Saya dinamai Endah Retno Palupi. Kakek saya yang konon kabarnya memberikan nama itu, selain pilihan nama lain, Novi misalnya. Dan sampai sekarang ini semakin bervariasi interpretasi orang-orang tentang nama ini. Di antaranya yang paling mengejutkan adalah saat masih SMP dulu, teman satu regu JAMCAB ada yang nyeletuk, “Namamu Palupi, kupikir agamamu Budha.”

Dia bilang begitu saat tau saya ambil wudhu untuk sholat. Memang waktu itu saya belum mulai pakai jilbab. Jadi wajarlah dia tak langsung peka soal agama, karena simbol-simbol agama belum nempel. But hijab is not only a symbol, of course. That’s a faith J

Lalu ada lagi yang mengira Palupi itu semacam marga, name family... karena dia kenal orang atau beberapa orang yang namanya juga demikian. Pastinya! Saya tau banyak orang juga bernama Palupi, bahkan yang persis sama “Endah Retno Palupi” juga ada. Tapi bukan, Palupi di nama saya bukan marga. Tiga generasi di keluarga saya, hanya saya yang nama belakangnya itu, terlebih lagi... keluarga besar saya bukan yang termasuk menerapkan sistem patrilinier dengan mempertahankan nama belakang.

Yang kadang terjadi adalah... nama ini jadi semacam bahan lucu-lucuan di awal perkenalan, “Palupi apanya Pelupa?”, “Kalo cewek memang Lupi, kalo cowok pasti namanya Lupa.” Lalu muncul sapaan-sapaan semacam “Pal”, “Palu”
I’m fine with that. Kalau hanya sebagai pemecah suasana di tengah ketegangan perkenalan dan lebih memudahkan adaptasi. Yang kurang bisa kuterima adalah bila itu terjadi terus-terusan, apalagi kalau dipleset-plesetkan, apalagi ku dengar dari orang yang... “Siapa elo?” =_=a
Alasannya simpel, saya ga suka dipanggil dengan nama pleset-plesetan, saya ga suka nama dijadikan olok-olok. Kita juga sudah diajarkan untuk memanggil sebagaimana orang tersebut ingin dipanggil.

Sebagian yang lebih fair akan langsung menanyakan, apa artinya.

Ya! Saya memperkenalkan diri dengan nama lengkap saya, dengan nama panggilan Palupi, atau Upik. Dan untungnya belum saya temukan orang yang mengira saya orang Minang saat tau saya dipanggil Upik..hehe

Jarang saya minta dipanggil Endah, atau Retno. Karena bukan dengan nama itu saya besar. Bukan dengan nama itu saya terbiasa dipanggil. Walau pada awalnya saya jengah dengan nama Palupi, karena tidak umum, karena nama itu yang paling berat artinya...
Nama saya bukan menggambarkan saya Budha, bukan nama marga, bukan pelesetan dari alat pertukangan. Nama saya adalah nama Jawa, Jawa Kawi. Murni 100% Jawa, yang memberikan nama pun seorang Jawa tulen yang memegang Jawanya (sungkem kasembah kagem Eyang Kakung MS Setyodarmodjo). Dan inilah arti nama saya...

Endah
Artinya baik/sedap dipandang. Dalam bahasa Jawa ada padanan katanya bisa jadi Peni, Raras, Laras kalau putri. Kalau putra bisa jadi Bagus, Edi. Di bahasa Indonesia bisa diartikan Indah.

Retno
Adalah nama yang sering disematkan oleh orang Jawa untuk anak putri. Sama halnya seperti Ratna. Belakangan, saya baru tahu kalau artinya bisa berarti mata/penglihatan. Atau...ada juga yang menyebutkan artinya: intan, mutiara...simply...permata. Wow!! I don't suppose that valuable word was put on my name. I amazed.

Palupi
Artinya tuladha, contoh. Nih yang sempat membuat saya tak memperkenalkan nama panggilan “Palupi” : karena artinya! Serasa ada suatu yang harus saya contohkan lebih baik saat saya dipanggil dengan nama itu. Sebelum saya tau arti nama saya ini, saya merasa aneh sendiri dengan nama belakang saya itu. Ga umum, dan paling aneh di rangkaian nama ini. Maka saya memperkenalkan diri dengan “Upi” sebagaimana keluarga saya memaggil, atau “Lupi” seperti panggilan di lingkungan rumah terdekat, tetangga. Dalam perkembangannya dari SD teman-teman banyak menyapa dengan 2 pilihan nama itu, bertransformasi jadi “Upick” waktu SMP-SMA, lalu tiba-tiba huruf “C” hilang dari penulisannya saat kuliah, “Upik”

Intinya adalah, walaupun hanya sekedar nama, saya pribadi punya feel tersendiri terhadap nama belakang saya itu. Sampai saya sudah bisa menerimanya sebagai nama yang utuh, sebagai bentuk pengharapan bahwa saya bisa jadi contoh perempuan yang baik bagi sekitar. Harapa tinggi dan mulia sekali dari orang tua ke generasinya. Maka saya sudah terbiasa memperkenalkan diri dengan pedenya, “Palupi”. But, wait! Tidakkah harapan ini terlalu tinggi?

Lalu kembali tentang pengharapan itu. Ekspektasi.

Sebagaimana sejarah panjang lebarnya berbagai respon orang terhadap nama. Demikian juga respon dan persepsi orang tentang saya. Ini soal kepribadian, karakter, cara kerja, or apapun itu yang berhubungan dengan penilaian orang lain pada diri.

Tidak jarang saya jumpai orang-orang yang baru saya kenal langsung menggantungkan ekspektasi tinggi pada saya. Overexpect, overestimate. I don’t know why, I don’t know what the reasons. Yang pasti beberapa kali saya pernah terjebak pada posisi itu dan saya tidak serta merta sengaja bermaksud mengecewakan harapan mereka.

Lalu secara random, utak atik gathuk, kadang saya kembali menghubungkan dengan ekspektasi dalam nama saya. “Palupi” serasa berat kembali walau kini benar saya sudah menerimanya.

Maka izinkanlah saya dipanggil “Retno”. Satu-satunya kata yang netral dalam nama saya, tidak mensifatkan baik/buruk. Tidak mengandung ekspektasi atau tanggung jawab yang lebih. Hanya menggambarkan bahwa saya putri, saya perempuan Jawa. Yang semoga selalu terbukakan mata, dan sekuat intan permata. aamiin...

Panggil saya, Retno.

Jumat, 30 Agustus 2013

Road to KELAS INSPIRASI MALANG (1) : Ivy School, 24 Agustus 2013


Sebenarnya, sudah santer terdengar desas-desus Kelas Inspirasi ini sejak awal tahun. Dan, YUP! Itu karena memang pada 20 Februari 2013 kemarin merupakan penyelenggaraan Kelas Inspirasi ke-2 di beberapa kota di Indonesia, salah satunya Surabaya, ibu kota Jawa Timur itu.

Dan mungkin di Malang euphoria Kelas Inspirasi 2 (www.kelasinspirasi.org) hingga Kelas Inspirasi Surabaya Fair pada 25-31 Maret 2013 tidak terlalu kentara karena teman-teman Penyala sendiri juga tengah disibukkan oleh persiapan pelaksanaan Pack Your Spirit #2 lalu. Barulah setelah usai pelaksanaan PYS #2, mbak Shinta PM mengabarkan bahwa benar Panitia Kelas Inspirasi (KI) Surabaya berencana mengadakan KI lebih luas: se-Jawa Timur!!! Total 38 kota/kabupaten!!! Proyek besar. Namun seperti yang dibilang kak Manda: THINK BIG, START SMALL, ACT NOW!! Begitulah cara meraih mimpi yang besar.

Namun semua masih serba abu-abu. Belum ada kabar yang jelas tentang 5W+1H Kelas Inspirasi yang mau diadakan se-provinsi ini. Dari mbak Shinta kita tau bahwa panitia di Surabaya masih perlu melakukan pemetaan sumber daya. Dan akhirnya saya dan Putri bagi tugas minimal untuk menyebarkan desas-desus sambil menghimpun calon panitia relawan. Beberapa orang dari Penyala dan teman-teman UB Mengajar pun ikut tergabung di dalamnya. Daan… thanks to mbak Shinta dan Putri atas sharing infonya dari panitia KI Jatim di Surabaya, maka semakin dekatlah kita pada ‘sesuatu’ di tanggal 24 Agustus kemarin. Ada apa dengan 24 Agustus?

Yak! Sabtu 24 Agustus 2013 kemarin beberapa orang dari Malang menempuh perjalanan berkilo-kilo meter (lebay) ke Surabaya untuk menghadiri briefing panitia Kelas Inspirasi Jawa Timur. Sedikit cerita behind the scene-nya, dimulai sejak suatu hari di tengah bulan Ramadhan, Putri mengabarkan tanggal 24 Agustus akan ada briefing panitia di Surabaya. Dari Penyala awalnya ada mbak Ani dan Nila yang bisa mewakili, namun ternyata masing-masing mereka pada tanggal itu ada amanah masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan. Maka akhirnya fix saya dan Aulya yang akan berangkat ke Surabaya. Tujuan kita ke Ivy School Royal Residence, Wiyung, Surabaya.

Selain kita berdua, tentunya ada mbak Shinta, 6 orang dari UB Mengajar (Fauzi, Edy, Rahma, Anis, Gadis, Qonita), Lila dan Dika dari UIN, serta Yusrindha dari kampus UMM. Rencana awal kita mau naik bis barengan dari terminal Arjosari. Namun dengan segala perubahan rencana maka akhirnya Yusrindha dan Dika berangkat lebih dahulu ke Bungurasih via bis jam 05.30, Fauzi-Edy-Gadis-Qonita berangkat naik motor, saya-mbak Shinta-Rahma-Anis berangkat dari arjosari jam 06.30, sementara Lila dan Aulya menunggu di Bungurasih.

Pukul 08.30 rombongan saya Alhamdulillah sudah sampai di terminal bungurasih. Belum sarapan, kami memutuskan untuk makan dulu di warung makan sekitaran terminal. Di sana juga Aulya akhirnya bergabung untuk kemudian melanjutkan perjalanan bersama. Soal sarapan ini… huwaaawww saya baru tau dan mengalami sendiri makan di terminal itu harganya WOW. Delapan belas ribu untuk sepiring rawon. T_T

Usai sarapan, dengan menumpang taksi akhirnya kami berangkat ke Ivy School. Sudah terlambat dari jam seharusnya, jam 09.00, kami berharap semoga tak ketinggalan acara pentingnya. Oya! Tentang tempat tujuan kita ini, Ivy School, merupakan sekolah untuk tingkat TK-SMA milik yayasan yang dikelola oleh Ce’ Juli. Beliau adalah panitia sekaligus tokoh di balik layar suksesnya Kelas Inspirasi Surabaya bulan Februari itu.

Sesampainya di Ivy School, kami disambut oleh orang-orang berkaos oranye, merekalah panitia. Hal yang pertama kami lakukan adalah registrasi, dan sedikit berbincang dengan panitia. Kami semua juga menempelkan stiker bertuliskan nama untuk memudahkan saling kenal, semua disediakan oleh panitia. Di sana saya bertemu kak Yanti, seorang relawan Inspirator KI yang ternyata asal Tumpang!!

Untungnya acara belum dimulai, jadi saya dan Aulya bisa dapat tempat duduk yang PW. Anis dan Rahma segera bergabung dengan teman-teman UB Mengajar yang sudah lebih dahulu sampai: Fauzi, Edy, Gadis, Qonita… tempat duduk mereka lumayan terpisah dari saya dan Aulya. Dan mbak Shinta tiba-tiba saja jadi panitia dadakan ikut membantu di registrasi. Hehe… mbak shinta reunian dengan mbak/mas PM.

Tak lama kemudian acara pun dibuka oleh kak Ficky (yang dah ketahuan banget orang radio walau belum pernah ketemu.. beliau pengarang buku Radio makes me horny. Baru ngepoin), lalu menyanyikan lagu Indonesia Raya dipandu oleh kak Dina. Sedikit ice breaking oleh kak Fendy tentang suit, menang-kalah, waras-gila, dan tepok-tepokan tangan. Kemudian kak Ficky mengundang Ce’ Juli lalu Ce’ Juli memperkenalkan dan menceritakan pengalaman panitia behind the scene pada Kelas Inspirasi 2 di Surabaya Februari lalu. Setelah itu,  kak Manda maju mempresentasikan dan menjelaskan “Why do we gather in this place” and “What will we do next” serta memperkenalkan panitia KI Surabaya. Lanjut….ishoma.

Selepas ishoma, kak Ficky dan kak Anne mulai memfasilitasi “Lelang Kota”. Lelang Kota berarti dari sekitar 80an orang yang hadir, akan didaftar berapa SDM-nya untuk masing-masing kota. Dari Malang lumayan banyak juga lho…ada total 11 orang. Sebelum bergabung untuk FGD kota, ada ice breaking dulu nih oleh kak Kusumo yang penulis 100 ice breaking ituu… kami nari-nari coconut gitu. Ditambah lagi sama kak Asril nari “unduh kelapa-mandi-handukan” what’s that game named?? Seru yang ge je!!

Kemudian kita berkumpul menurut kota, focused group discussion (FGD), Malang difasilitasi oleh kak Yanti (yang orang Tumpang) dan kak Dina (yang orang Batu). Dari FGD ini terbentuk panitia lokal Malang dari peserta asal Malang yang hadir (kami merencanakan se-Malang Raya: kota, kabupaten, +Batu) sebagai berikut :

Media & Documentation    : Amanah (Amah), Dimas
Acara & School Relation   : Lila
External Relation              : Yusrindha, Lilik, Arsyad
Recruitment                    : Gadis, Aulya, Edy
Volunteer Relation           : Upik <saya>, Dika


Selain itu tak ketinggalan pula mbak Shinta yang ndobel Bojonegoro dan Malang karena beliau pada hari inspirasi 11 November sudah akan ada di Bojonegoro (kemarin ada 3 orang untuk Bojonegoro).

Dan… begitulah kepanitiaan sudah terbentuk. Ini langkah awal hingga nanti akhirnya Hari Inspirasi akan terlaksana. THINK BIG, START SMALL, ACT NOW. Ini langkah awal, bismillah…

Dan belum terlambat bagi teman-teman yang ingin terlibat pada acara yang menginspirasi ini!! Terus kepo-in www.kelasinspirasi.org karena akan segera dibuka portal pendaftaran relawan inspirator/fotografer/videographer. Terus dibuka kesempatan bagi teman-teman yang berminat jadi relawan panitia/fasilitator.

Follow @KlsinspirasiMlg
add FB Kelas Inspirasi Malang ^^
  
"Bagi Anda hanya satu hari cuti bekerja, namun bagi murid-murid itu bisa menjadi hari yang menginspirasi mereka seumur hidup. Berbagi cerita, pengetahuan, dan pengalaman untuk menjadi cita-cita dan mimpi mereka."