Sabtu, 27 April 2013

Means so something..

otak vs hati

sebenarnya gambar ini terlalu lebay
Hati tak semenderita itu
Otak tak sejahat itu
tapi ...
resiko jadi seorang INTJ adalah
Otak lebih sering menang dari Hati
*puk puk Hati
bukan berarti Hati di'anaktiri'kan
hanya saja memang Otak lebih tau yang lebih benar
 Otak tau yang benar, karena Hati telah mengajarkannya yang terbaik


*phy*


Jumat, 26 April 2013

MADRE



 
“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
Nenek saya seorang penjual roti, dan dia,
Bersama kakek yang tidak saya kenal,
Mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”


Madre adalah buku kumpulan cerita Dee yang berisi 13 karya fiksi dan prosa pendek. Madre sendiri adalah satu judul cerita pendek dalam buku itu.

Madre,
Bercerita tentang pria pantai yang sebelumnya hidup dengan aturannya sendiri, dengan penghiburannya sendiri, dengan keinginannya sendiri yang hanya dia yang tahu. Tiba-tiba diberitahu bahwa moyangnya adalah tukang roti. Bahwa seperempat darahnya adalah Cina, yang berasal dari kakeknya itu yang baru dia kenal di saat kematiannya. Bukan sekedar tukang roti sebenarnya... lebih tepatnya, kakek-neneknya adalah pembuat sekaligus pemilik toko roti legendaris, kalau tak dibilang antik. Dan dia baru tahu itu semua, tiba-tiba, setelah diundangnya dia pada acara pemakaman seseorang yang ternyata kakeknya itu. Dan kakeknya itu mewariskannya anggota keluarga : Madre. Madre adalah sebutan untuk adonan biang roti yang dibuat neneknya yang menghidupi toko roti antik mati suri yang kini nasibnya juga ada di tangannya. Madre, berasal dari bahasa Spanyol, artinya: Ibu.
Cerita berlanjut dengan segala bumbu di dalamnya, yang diakhiri dengan indahnya. Pria pantai itu memutuskan menerima benarlah dirinya adalah generasi tukang roti, dia hidupkan kembali toko roti mati suri itu dengan “sedikit” bantuan dari “peri roti” yang cantik.

Huhmm…lalu apa yang perlu kukomentari tentang cerita ini?
Menurutku yang pertama adalah tanggung jawab. Kali ini kita bicara tentang tokoh utama, Tansen Roy Wuisan, si pria pantai itu. Dari keterikatannya dengan pantai, perlahan dia melihat bahwa persoalan “menghidupkan” kembali Madre bukan sekedar perkara antara dia dan Madre dan toko roti itu. Tansen yang semula menganggap warisannya bukan haknya, bukan seharusnya ada padanya. Dan karena “paksaan” dari Pak Hadi untuk melanjutkan usaha kakeknya, menjadi merasa sangat alergi di dekat warisannya itu. Madre baginya benda mati saja yang entah mengapa disorongkan padanya. Maka dia menerimanya dari Pak Hadi, dengan tekad membuangnya jauh-jauh supaya hidupnya tidak lagi terikat pada Madre, dia ingin kembali pada dunianya.
Namun kemudian, ketika telah dia siapkan segala hal “pembuangan” Madre, justru dia melihat betapa ada orang lain yang begitu terikatnya pada Madre, yang seolah Madre itu manusia hidup saja. Maka dia lalu membatalkan rencana penjualan Madre, bukan karena Madre adalah benda mati semata. Tapi juga karena para pegawai sepuh yang juga menjadi keluarganya seketika, tentang wasiat kakeknya terhadapnya, tentang harapan yang digantungkan padanya.

Yang kedua adalah tentang kesetiaan, loyalitas. Di sana diceritakan bagaimana pegawai-pegawai toko roti yang sepuh, mantan pegawai kakek-neneknya itu bekerja dengan tulus, menganggap yang mereka kerjakan bukan sekedar rutinitas, bukan keharusan, tapi bagai sebagian hidupnya yang seketika kembali menemukan ruh dan jiwa. Dengan senang mereka bekerja, layaknya sahabat sedari lama yang telah bertransformasi saling berkeluarga. Mereka terikat dengan Madre, juga toko roti itu. Mereka bekerja bukan sekedar untuk materi, bukan sekedar untuk mendapat uang. Melainkan seakan ada suatu kekuatan ikatan yang dengannya mereka bahagia, mereka hidup.

Ini semua akhirnya bermuara pada pemahaman kita tentang nilai. Katakanlah bahwa penggambaran sesuatu yang bernilai ini adalah Madre. Iya, Madre hanyalah biang ragi roti. Madre hanyalah benda mati. Tansen menganggapnya tak berarti, Pak Hadi dan para pekerja toko memperlakukannya seolah Madre adalah anggota keluarga, lebih-lebih Mei si “Fairy Bread” yang menghargai Madre sebagai sesuatu yang dapat mengembalikan kepercayaan keluarganya, menghapus rasa bersalahnya.

Ini semua akhirnya bermuara pada pemahaman kita tentang nilai. Coba sebut kata apa pun yang ada di benak…mengapa kata itu punya arti? Itu karena telah ada pemberian makna, akan benar-benar bermakna bila pengguna kata itu paham benar maknanya. Mbulet? Yeah! =_=a

*kumat*

Judul-judul karya fiksi dan prosa dalam Madre antara lain :
  • Madre (halaman 1)
  • Rimba Amniotik (halaman 73)
  • Perempuan dan Rahasia (halaman 76)
  • Ingatan tentang Kalian (halaman 78)
  • Have You Ever? (halaman 81)
  • Semangkok Acar untuk Cinta dan Tuhan (halaman 100)
  • Wajah Telaga (halaman 104)
  • Tanyaku Pada Bambu (halaman 106)
  • 33 (halaman 109)
  • Guruji (halaman 111)
  • Percakapan di Sebuah Jembatan (halaman 123)
  • Menungu Layang-Layang (halaman 126)
  • Barangkali Cinta (halaman 159)