Rabu, 20 Maret 2013

HASDUK BERPOLA : Praja Muda Karana


Hallloooooooo………….blogku tersayang. Sudah lama sekali tak ku-isi. Maaf ya. Nah sekarang mau nulis soal film baru yang kayaknya bisa bikin nostalgia banget nih. Judulnya “Hasduk Berpola”. YUP!! Ada kata hasduk. Tau hasduk kan? Kain segitiga dominan putih dengan pinggiran merah yang dipakai PRAMUKA putra di leher setelah “dilinting”. Ini film tentang hasduk, dan ini memang tentang PRAMUKA!!! PRAJA MUDA KARANA. Tuh kan, nostalgia jaman putih-merah, putih-biru niihh… jaman-jaman SD-SMP waktu “nyemplung” di kegiatan berseragam coklat-coklat itu. Heeehhmmm…
Jadi kepo badai dengan film ini, akhirnya cari-cari deh sebenernya gimana nih cerita “Hasduk Berpola” ini, akankah seru? Akankah seseru hari-hari dengan PRAMUKA? Heeehhmmm… nemu sedikit review-nya, berikut ini :
Hasduk Berpola adalah film keluarga yang mengangkat isu nasionalisme dan patriotisme bangsa Indonesia yang akan dirilis pada 21 Maret 2013. Film yang disutradarai oleh Harris Nizam ini dibuat berdasarkan sebuah cerita pendek berjudul sama, Hasduk Berpola, yang ditulis oleh Bagas D. Bawono, seorang arsitek yang juga penulis aktif. Film berdurasi 100 menit ini dibintangi oleh paduan artis cilik dan aktor-aktris kawakan seperti Calvin Jeremy, Idris Sardi, Iga Mawarni, Masnun, Budi Sujatmiko, Suparlan, Bening Wulandari, T. Kemaisyah, R. Ramelan, Indra Sukmono, Fay Nabila Rizka, Bangkit Prasetyo, Petra Sihombing, dan Qois Al-Haqqi. Mengambil setting di Bojonegoro, beberapa bintang adalah bintang baru yang bisa berdialog dengan dialek Jawa (asiiikkk…^_^).
 Film "Hasduk Berpola" menceritakan tentang seorang veteran mantan pejuang '45 bernama Masnun yang tinggal di Surabaya yang hidupnya sengsara dan terlunta-lunta meskipun perjuangannya pada masa perang kemerdekaan dia harus mempertaruhkan nyawanya membela tanah air. Masnun hidup bersama anaknya, Rahayu yang seorang janda dengan dua orang anak bernama Budi dan Bening. Masnun memutuskan untuk kembali ke kota asalnya, Bojonegoro. Di kota asalnya tersebut, hidup Masnun sekeluarga tidak membaik malah semakin terpuruk.
Di sisi lain, Budi sang cucu tertantang untuk mengalahkan temannya, Kemal dalam kegiatan pramuka. Tapi kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, Budi tidak mampu membeli semua perlengkapan pramuka. Budi sekuat tenaga dengan berbagai cara berjuang untuk memiliki semua perlengkapan pramuka tersebut. Melihat perjuangan sang kakak, Bening sang adik merasa kasihan dan merelakan seprei kesayangannya untuk dibuat hasduk oleh sang kakak.
Nonton trailernya, wah… serasa kembali ke saat penggalang. Bagaimana apel pembukaan PRAMUKA dengan kakak-kakak Pembina yang baik, dengan segala atribut, dengan kadang ada tugas ini-itu yang tujuannya melatih kedewasaan kita. apalagi cerita ini dihubungkan dengan kisah kepahlawanan veteran perang. Melihat pemain-pemainnya…teringat teman-teman lama, mereka menatap sebagaimana penggalang menatap. T-O-P deh. d^_^b
Oke, sudah cukup penasaran parah gimana cerita lengkap film ini. Salut untuk sineas yang kembali mengangkat tema-tema nasionalisme-patriotisme melalui kisah ke-PRAMUKA-an. Bukannya berlebihan, tapi memang saya rasa sendiri PRAMUKA itu tempatnya seneng-seneng yang bertanggungjawab. Apaa…itu maksudnya??? =_=a
Pada intinya, di umur saya yg sudah lewat dari belasan ini, bila ditoleh ke belakang maka masa-masa saat “nyemplung” di PRAMUKA itu sangat berharga.
Berawal dari SD. ekskul PRAMUKA termasuk baru dan jalannya sendiri tersendat-sendat, tidak selalu ada latihan (pada waktu itu masih PRAMUKA SIAGA) karena minimnya tenaga Pembina. Tapi paling tidak dari situ saya sudah mengenal PRAMUKA sebagai : topi rimba, dan nyanyi-nyanyi seru! Sudah. Belum lama diadakan, ekskul PRAMUKA di SD saya vakum karena……AYAHANDA PEMBINA PINDAH KE KALIMANTAN!!!! T_T
Yah…begitulah kira-kira nasib tragis awal mulanya. Kemudian setelah lama tak “bertopi rimba sambil nyanyi-nyanyi seru”, waktu itu saya sudah kelas 5 SD, wali kelas kami mengumumkan akan diadakan DIANPINRU (Geladian Pemimpin Regu) tingkat Kwartir Ranting (=tingkat Kelurahan) dan masing-masing gugus wajib mengirim wakilnya, 2 putra & 2 putri. Tak pikir lama…saya langsung mengajukan diri. Dan jadilah kami berempat mewakili gugus sekolah mengikuti DIANPINRU KWARRAN SUKUN, Malang yang diadakan selama 3 hari 2 malam, menginap di sekolah SD tetangga yang ditunjuk sebagai tuan rumah.
Singkat kata, ini pengalaman pertama saya tidur di luar rumah bertemu dengan banyak orang baru yang sebelumnya belum pernah saya kenal. Anak seusia saya dari SD hingga SMP ada di sana, bertemu kakak-kakak Pembina yang memberikan berbagai materi, jalan-jalan jelajah, pionerring. Saya culun tentang itu semua!! Baru tau saya bahwa yang namanya PRAMUKA tidak sekedar “topi rimba dan nyanyi-nyanyi seru”… saat di camp kami belajar hidup mandiri, hidup bersama dan berbagi. Di DIANPINRU ini juga ada tes-nya lho~ dan saya masih heran bagaimana saya masih bisa nyantol di peringkat 11 dari sekian ratus orang dalam tes. Padahal saya yang culun jawab tesnya ngawur parah waktu itu. What a miracle…
Lanjut SMP, bilang saja saya sudah kecantol dengan PRAMUKA. Langsung deh gabung di Dewan Galang, dan di sini pengalaman semakin berlipat. Saya sekolah di SMP 5 Malang yang Alhamdulillah kegiatan PRAMUKA-nya aktif jaya!! Pangkalan kami HAMID RUSDI, jargonnya “Vini Vidi Vici, HAMID RUSDI JAYA!!” Bergabung pada tim putri Lavender, kami mulai sering kemping, persami, api unggun, lomba, jelajah, latihan bareng, diklat, penempuhan SKU dan SKK…
Banyak pengalaman lucu dan seru selama 3 tahun di PRAMUKA SMP. Salah satunya… saya ingat seumur hidup ini saya hanya satu kali pingsan seketika tak sadarkan diri. Dan itu karena…PRAMUKA!! Jadi ceritanya kami akan mengikuti lomba perkemahan penggalang. Dengan banyaknya mata lomba, kami berlatih setiap habis mata pelajaran sekolah hingga sore hari. Begitu setiap hari. Entah mungkin karena memang daya tahan juga sedang tidak baik, maka suatu pagi badan lemas, akhirnya saya “bolos” tak berangkat ke sekolah. Untungnya kejadian pingsan saya ini terjadi di rumah saja dengan ada ortu yang jadinya menyempatkan “meliburkan diri” pula dari kantor. Pingsan tepat di pintu kamar setelah tidak menghabiskan sarapan pagi… gag keren banget!
Serunya berlatih tali-temali sampai tangan temen keiket-iket kelilit. Mengirim sandi-sandi rumput yang njlimet, latihan morse sampai ribut semua peluit akhirnya bunyi. Jalan jongkok muter pelataran sekolah akibat telat bangun pagi (kaki langsung biru-biru deh…), push up di tanah lumpur. Gimana dikerjain kakak Pembina yang ngajak jelajah muter hutan yang ternyata rutenya melingkari area kemping sajaa… =_=a
Dan yang gag kalah seru waktu berkesempatan ikut JAMBORE CABANG kota Malang mewakili Kecamatan Klojen. Di sana kami membentuk regu baru yang merupakan tim gabungan dari beberapa SD-SMP. Jambore dilakukan di bumi perkemahan Hamid Rusdi kota Malang yang waktu itu belum sebagus sekarang ini. Saya tergabung di Regu Cempaka, selain kami Kecamatan Klojen juga diwakili oleh Regu Tulip dan Regu Garuda di tim putra. Ada yang lucu tentang nama-nama ini. Contohnya Regu Cempaka ini. Kami mendirikan kemah di area tinggi yang lumayan banyak angin tanpa ada penghalang karena kemah kami lumayan di pinggir. Yang namanya kemah regu, kami juga mendirikan pagar sebagai batas plus gapura sederhana dari pioneering tongkat yang lalu kami hias sederhana dengan tidak meninggalkan ciri regu Cempaka dan papan regunya. Dengan adanya angin…gapura ini sering terpapar hembusan yang akhirnya suka meliuk-liuk miring. Dengan banyaknya rangkaian kegiatan jambore, kadang kami tak segera membenarkan kembali posisi gapura ini. Jadilah dia condong ke kanan-kiri… dan saat itu sedang populer lagu campursari Waru Doyong…maka jadilah regu kami disebut CEMPAKA DOYONG. =_=a
Regu Tulip yang anggotanya suka nari-nari gag jelas…dinamai TULIP NGEBOR. Regu putra GARUDA, tak ada alasan khusus kenapa jadi Garuda Eagle. Kayaknya garuda sama eagle artinya sama aja kalee’…
Dan masih di area Jambore (jambore ini emang lama banget, 5 hari 4 malam, otomatis kenang2annya banyak)…suatu saat kami mengikuti kegiatan dinamis untuk tahu bagaimana melakukan SAR darat, SAR air, pendakian, juga bersepeda keliling Malang. Kebetulan saya dan satu orang teman seregu saya didelegasikan untuk bersepeda keliling Malang. Yang dimaksud keliling ini…benar-benar mengutari kota Malang!! Menempuh kurang-lebih 30 km berangkat siang hari, dan kami baru kembali di area bumi perkemahan setelah jauh gelap saat rekan seregu sudah terlelap tidur. Badan terasa melayang, sendi-sendi kaki serasa lepas dari tempatnya. Mengayuh sepeda seharian menimbulkan efek seolah kaki masih tak kenal menapak, hanya berputar mengayuh…fiuuuhhh…capekk… mimpi…bersepeda. =_=a
Di malam terakhir Jambore, acaranya adalah api unggun yang di sana kami masing-masing delegasi gugus kecamatan menampilkan pertunjukan. Ahh…api unggun perpisahan. Saya masih ingat bagaimana kami tertawa bersama karena maskot pertunjukan drama lawak sederhana kami bertingkah konyol memarodikan peri Nirmala dari serial komk strip Bobo. Ahh…api unggun perpisahan. Setelah rangkaian latihan persiapan hingga 4 hari 4 malam ini bersama dengan teman-teman seregu, bertemu dengan sesama Penggalang dari mana-mana, ahh…sudah waktunya berpisah. Seperti masih belum rela berpisah, kami tak terus tidur setelah api unggun. Berkelompok, hanya duduk melingkar beratap langit di luar tenda di dekat dapur umum…sekalian “inspeksi” menghabiskan logistik yang masih tersisa…bercerita, bercanda tawa, sampai tidur pun akhirnya kami tak jua masuk ke tenda. Justru kami cari plastik lebar seadanya, lalu tidur di sana, menatap langit.


PRAJA MUDA KARANA long the way
PRAJA MUDA KARANA long the way
PRAJA MUDA KARANA Indonesia PRAMUKA
PRAJA MUDA KARANA long the way
Hepi ye ye ye Hepi yee…
Aku pilih PRAMUKA wae
Siang jadi kenangan malam jadi impian
Cintaku…semakin mendalam
[salah satu dari sekian lagu yang diajarkan kakak Pembina kami]

PRAMUKA itu…tunas muda bangsa!!!