Selasa, 14 Juni 2011

INTERVENSI GIZI UNTUK ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)

Umum (syarat, tujuan, bahan makanan yang boleh dan tidak, dll)
§      Tujuan umum
1)    Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
2)    Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang diharapkan terutama jaringan otot.
3)    Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4)    Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga, dan relaksasi.
§      Tujuan Khusus
1)    mengatasi gejala diare, mual, muntah
2)    mencapai dan mempertahankan berat badan normal
3)    mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot)
4)    memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan, jenis terapi yang diberikan, serta interaksi obat dan makanan (IOM)
§      Prinsip Diet:
Tinggi kalori tinggi protein
§      Syarat diet
1)    Energy tinggi, tambahan energy sebanyak 13% untuk setiap kenaiikan suhu 10C.
2)    Protein tinggi, yaitu 1,1-1,5g/kgBB namun tidak lebih dari 20% total energy perhari untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak.
3)    Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energy total. Bila terdapat malabsorpsi lemak gunakan MCT. Dapat pula diberikan omega 3 yang diberikan bersama MCT yang berfungsi meningkatkan fungsi kekebalan.
4)    Mengkonsumsi cukup serat terutama serat yang mudah larut.
5)    Diberikan elektrolit, kehilangan elektrolit disebabkan karena mual dan muntah sehingga perlu diganti. Elektrolit yang utama antara lain Na, K, Cl.
6)    Bentuk makanan sesuai dengan keadaan pasien.
7)    Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, dan kimia.
8)    Vitamin dan mineral tinggi à terutama vitamin A, B12, C, E, asam folat, kalsium, Mg, Zn, Se. Hindari suplemen megadosis karena dapat menekan kekebalan tubuh
9)    Kebutuhan Cairan à cukup (disesuaikan dengan kondisi pasien, jika ada gangguan menelan à konsistensi makanan harus sesuai dan bertahap). Cairan 30-35 cc/kg BBI/hari ( 20% dari makanan, 80% dari minuman)
10) makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
11) Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, dan kimia
§      Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan
Dianjurkan
Tidak Dianjurkan
Karbohidrat
Semua, kecuali yang menimbulkan gas
Yang menimbukan gas: ubi jalar
Protein hewani
Susu, telur, daging, ayam tidak berlemak, ikan
Daging dan ayam berlemak, kulit ayam
Protein nabati
Tempe, tahu, kacang hijau
Kacang merah
Lemak
Minyak, margarin, santan, kelapa
Lemak tinggi (digoreng atau santan kental)
Sayuran
Tidak menimbulkan gas: wortel, labu kuning, bayam, kangkung, buncis, kacang panjang, tomat
Menimbulkan gas: kol, sawi, ketimun
Buah-Buahan
Pepaya, pisang, jeruk, apel
Menimbulkan gas: nangka, durian
Bumbu
Tidak merangsang: bawang merah, bawang putih, daun salam, ketumbar, laos, kecap
Merangsang: cabe, lada, asam, cuka, jahe
Minuman
Sirup, kopi, teh
Minuman bersoda dan beralkohol


Khusus (syarat, tujuan, dll)
(a)  Dewasa
Tujuan, prinsip, dan syarat diet pada pasien dewasa sama dengan tujuan, prinsip, dan syarat secara umum.
ü  Energi.
·         Fase asimtomatik : E + 10%
·         Fase simtomatik : E + 20-30%
ü  Pada orang dewasa disertai dengan wasting bisa diberikan energy 40-50 kcal/kg BBA dan protein 1,6-1,8 kg/BBA.
ü  Protein
·  Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB.
ü  Lemak
·  Untuk asupan lemak, dipilih MCT karena dapat mengurangi lemak dan nitrogen feses dan mengurangi pergerakan saluran pembuangan.
(b)  Bumil dan Buteki
ü  Energi bumil
·         Fase asimtomatik: E + 10% + 285 kal
·         Fase simtomatik: E + 20-30% + 285 kal
ü  Energi buteki
·         Fase asimtomatik: E + 10% + 500 kal
·         Fase simtomatik: E + 20-30% + 500 kal
ü  Protein
·  Menurut WHO, kebutuhan protein pada penderita HIV sama dengan kebutuhan orang normal sehat 0,8-1gr/kgBB, Untuk ibu hamil dan menyusui 1,1 gr/kgBB.
·     1-1,4 gr/kgBB (untuk pemeliharaan) dan 1,5-2 gr/kgBB (untuk repletion lean body mass)
ü  Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energy total. Bila terdapat malabsorpsi lemak gunakan MCT. Dapat pula diberikan omega 3 yang diberikan bersama MCT yang berfungsi meningkatkan fungsi kekebalan.
ü  Besi. Wanita hamil beresiko mengalami anemia karena defisiensi besi. WHO merekomendasikan suplementasi besi dan asam folat harian (400 ug folat dan 60 mg besi) untuk minimal 6 bulan kehamilan untuk mencegah anemia, dan 2 kalisuplementasi harian untuk menanggulangi severe anemia (Hb < 70 g/l). untuk meningkatkan intake dan absorpsi besi, tingkatkan makanan kaya besi yang bioavailibilitasnya tinggi seperti: daging, atau konsumsi makanan tinggi vitamin C bersamaan dengan konsumsi bahan makanan sumber besi non-daging
ü  Vitamin A. utamakan konsumsi makanan kaya vitamin A selama masa kehamilan, karena suplementasi vitamin A dapat meningkatkan resiko transmisi HIV
ü  Iodine. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi garam terfortifikasi iodine
ü  Pada masa laktasi, penambahan 500 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan kedua. Jika dalam keadaan undernourished saat hamil, maka butuh penambahan 700 kal/hari.
(c)  Infant dan Children
Tujuan
Mencegah malnutrisi, meningkatkan status gizi bayi dan anak, mengurangi transmisi HIV dari ibu ke anak setelah kelahiran, meningkatkan bayi-bayi HIV-free survival
·         Energi anak
Fase asimtomatik: E + 10%
Fase simtomatik tanpa diare: E + 20-30%
Fase simtomatik desertai diare: E + 50-100%
·         Pada pasien anak yang menderita HIV, pemberian makan tube feeding melalui gastrostomy terbukti dapat meningkatkan berat badan dan fat mass pada anak (Mahan dan Escott-Stump, 2008).  Total Energi + 50-100% (Total Energi) pada anak-anak yang mengalami weight loss (WHO, 2003)
Rekomendasi Pemberian Makan Bayi: (dari ibu HIVpositif)
a.    ASI eksklusif disarankan untuk ibu dengan HIV kecuali terdapat makanan pengganti yang AFASS
Yang dimaksud ASI eksklusif adalah pemberian makanan dari ASI saja. Walaupun ASI menyumbang penularan, namun ASI lebih sesuai dengan GIT bayi, sehingga inflamasi yang terjadi lebih ringan dan penularan lebih rendah.
b.    Jika tersedia makanan pengganti yang AFASS maka hentikan pemberian ASI dari ibu
c.    Lakukan inisiasi (ASI/ pengganti ASI) dalam waktu 1 jam kelahiran
d.    Mixed feeding dihindari karena meningkatkan MTCT (Mother to child transmission)
Yang dimaksud dengan mixed feeding atau makanan campuran adalah kombinasi dari air, formula, the, yogurt, dll. Formula ini beresiko menyumbang bakteri dan berbagai antigen karena tidak AFASS serta kemungkinan tidak sesuai dengan GIT bayi. Proses inflamasi yang terjadi pada GIT justru meningkatkan penetrasi dari virus dan memperburuk HIV bayi.
e.    ASI Eksklusif direkomendasikan untuk ibu dengan HIV positif selama 6 bulan pertama kecuali bila ada makanan pengganti ASI yang Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, dan Safe (AFASS) untuk ibu dan bayi sebelum mencapai waktu 6 bulan
f.     Saat pengganti ASI telah AFASS, menghindari pemberian ASI oleh ibu HIV positif direkomendasikan
WHO (2009) merekomendasikan untuk bayi dengan ibu HIV tetap diberikan ASI eksklusif selama 0-6 bulan. Walaupun ASI dapat menularkan HIV, namun menurut penelitian, bayi yang tidak diberikan ASI berisiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi kurang gizi
Rekomendasi Pemberian Makan Bayi: (bayi yang terinfeksi HIV positif)
a.    HIV+,  weight loss & pertumbuhan jelek perlu adanya penambahan 25-30% energy.
b.    diberikan dari diet, tetapi jika tidak adekuat/ ada tanda defisiensi maka perlu adanya suplementasi
c.    bayi baru lahir dan anak usia 6-59 bulan diberikan high dose supplementation vitamin A setiap 6 bulan seperti anak yang tidak terinfeksi (6-12 bulan diberikan suplementasi vitamin A 100.000IU dan > 12 bulan diberikan suplementasi vitamin A 200.000IU setiap 4-6 bulan sekali)
d.    jika anak mengalami diare, perlu adanya suplementasi Zinc
e.    anak dengan HIV+ tetap diberikan ASI eksklusif bahkan sampai usia 2 tahun
f.     untuk anak-anak yang tanpa gejala (asymptomatic), energi yang dibutuhkan mengalami peningkatan 10% dari kebutuhan normal (anak-anak dengan usia yang sama dan sehat)
g.    ketika anak-anak sudah terdapat gelaja (symptomatic) tanpa penurunan berat badan, energi yang dibutuhkan mengalami peningkatan 20%-30% dari kebutuhan normal (anak-anak dengan usia yang sama dan sehat).
h.    ketika anak-anak sudah terdapat gelaja (symptomatic) dan dengan penurunan berat badan, energi yang dibutuhkan mengalami peningkatan 50%-100% dari kebutuhan normal (anak-anak dengan usia yang sama dan sehat).


Rekomendasi Bahan Bacaan terkait Gizi untuk HIV/AIDS :
  
  1.  Mahan, L.K dan Escott-Stump,S. 2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11th Edition. Philadelphia: Saunders.
  2. Food and Nutrition Technical Assistance Project, Academy for Educational Development, Washington DC, 2004. HIV/AIDS: A Guide For Nutritional Care and Support  2nd  Edition
  3. Muh. Syafar, Nurpudji A. Taslim, Rusdi Razak. 2009. Pengaruh Konseling Gizi Pada Anak Penderita HIV/AIDS Untuk Perubahan Perilaku Makan dan Status Gizi di RSUP dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
  4. Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  5. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).
  6. East, Central and Southern African Health Community (ECSA). 2008. Nutrition and HIV/AIDS A Training Manual for Nurses and Midwives, (Online), http://www.pronutrition.org/ files/NHANM_Training_Manual_Complete.pdf,
  7. Family Health International. Apa itu HIV/AIDS?, (Online), http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf
  8. Kumala P, Nuswantari D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
  9. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), (Online),
  10. http://tunggulpharmacist.files.wordpress.com/2010/03/pedoman-pelayanan-farmasi-untuk-odha.pdf, Kedokteran Kerja. MANIFESTASI Gangguan Gizi Pada Pekerja Dengan Penyakit Tertentu, (Online),http://staff.ui.ac.id/internal/140102741/material/MANIFESTASIGANGGUANGIZIPADAPEKERJADENGANPENYAKITTERTE.pdf, diakses 6 Mei 2011.
  11. Anurmalasari R, Karyono, Dewi KS. Hubungan Antara Pemahaman Tentang HIV/AIDS dengan Kecemasan Tertular HIV/AIDS pada WPS (Wanita Penjaja Seks) Langsung di Cilacap, (Online), http://eprints.undip.ac.id/11101/1/PDF_jurnal.pdf,  diakses 6 Mei 2011.
  12. Joseph, I. 2010. Handbook of Nutrition-Drug Interaction. Second Edition. USA: Philadelphia
  13. USAID. 2007. Recommendation for the Nutrient Requirements for People Living with HIV/AIDS, (Online), http://www.fantaproject.org/downloads/pdfs/Nutrient_Requirements_HIV_Feb07.pdf, diakses 6 Mei 2011
  14. Apa itu HIV/AIDS (FHI, east timor), Siregar, Fazidah A. 2004. Pengendalian dan pencegahan AIDS. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
  15. NASCOP. 2007. Nutrition and HIV/AIDS: a Tool Kit for Service Provides in Comprehensive Care Centres
  16. Kline, Dale Ames. 2009. HIV/AIDS: immune function and nutrition.
  17. Depkes Uganda. Comprehensive Nutrition Care for People Living with HIV/AIDS, Fik acility Based for Health Care Manual. www.health.go.ug/nutrition/.../hiv/Nutrition_HIV_Facilitators_Trainers_Manual.pdf 
  18. Healthy eating for better living, a manual for healthcare workers. 2011. HIV/AIDS and Nutrition. www.vantageproed.com/aids/aidsdn.doc 
  19. Tjay, Tan Haan dan Kirana Rahardja. 2010. Obat-Obat Penting edisi ke VI. Jakarta: PT.Gramedia
  20. Piwoz, Ellen G., 2006. Micronutrients HIV/AIDS: A review of knowledge, gaps, and recommendations. Presentation at AED for ACCESS
  21. The World Bank. 2007. HIV/AIDS, Nutrition, and Food Security: What We Can Do. Washington:
  22. gibney, Michel. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit buku kedokteran : Jakarta
  23. World Bank dan UNAIDS. 2007. HIV/AIDS, Nutrition, Food Security (A Synthesis of International Guidance) : Washington DC.
  24. Rabkin, Miriam. 2005. Care and Treatment HIV/AIDS in Resource Limited Settings
  25. General Nutrition, Weight Loss, and Wasting Syndrome.  www.medibolics.com/a-nutr.pdf 
  26. Asuhan Pertama Pasien HIV-Positif.2005. Joel E. Gallant, MD, MPH
  27. WHO. 2009. Pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit-anak dengan HIV/AIDS
  28. Bowers, J.2002. gizi dan kekebalan: anda adalah apa yang anda makan. Jakarta
  29. Ministry of Health and Social Welfare.2009.National Guidelines for Nutrition Care and Support for People Living with HIV, Second Edition. Tanzania Food and Nutriton Centre
  30. Ministry of Health.2009.Comprehensive Nutriton Care for People Living with HIV/AIDS.Nutrition Care for PLHIV Training Manual
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar