Dengan
kemantapan hati, ditenagai restu dan doa orang tua, dengan bait Sheila on 7
masih terngiang-ngiang...Saya mantab! Bersiap ke Jakarta, seleksi tahap kedua. Bismillah...
Oya!
Hari di mana saya berangkat ke Jakarta untuk Direct Assessment, Seleksi Tahap II Pencerah Nusantara, waktu itu tanggal
9 Juli 2014. Di tanggal ini bertepatan dengan beberapa kejadian penting di
dunia dan Indonesia. Suka aja saya
mengubung-hubungkan.
Pertama,
sejak tengah malam, tengah berlangsung Final Piala Dunia yang hasilnya Jerman
menang 7-1 atas tuan rumah Brazil. Saya ga ngerti bola. Tapi kalau Piala Dunia
saya suka ngikuti, nonton kalau Jerman yang main. Der Panser tim favorit saya dari dulu. Dan Jerman menang telak,
ikut euforia senengnyaa...
Kedua,
tanggal 9 Juli 2014 adalah saatnya Pemilu Presiden Indonesia. Pesta demokrasi
katanya. Pemilu yang akan dikenang sebagai Pemilu head-to-head karena hanya ada 2 pasangan calon berhadapan. Pemilu
yang untuk menujunya banyak intrik, masing-masing pendukung dan tim sukses
pasangan calon berusaha menarik pendukung lebih banyak, lebih banyak lagi. Bagi
saya, ini merupakan Pemilu langsung kedua setelah sebelumnya tahun 2009 untuk
pertama kalinya saya menggunakan hak suara saya. Walaupun jujur saya akui
sebenarnya tidak memihak dan tidak terlalu simpati pada 2 pasangan calon, tapi
saya tetap memilih. Pagi hari saya masih sempat ke TPS menyumbang suara.
Ketiga,
waktu itu juga masih dalam bulan Ramadhan. Tanggal 9 Juli 2014, hari Rabu, hari
saya akan berangkat ke Jakarta. Puasa tidak menghalangi, puasa justru
memperkuat tekad. Kalau dipikir sekarang, begitu senangnya saat-saat menentukan
ini juga terjadi di bulan Ramadhan.
Menjelang
sore, berangkat dengan penuh semangat ke Jakarta, menumpang KA Matarmaja
kesayangan dari Stasiun Kota Baru Malang. Maghrib pun berbuka di tengah
perjalanan. Tidak masalah. Hingga esok siangnya, saya sampai juga ke penginapan
yang disediakan oleh panitia. Check in. Saya
datang lebih awal dari yang dijadwalkan, dari resepsionis saya tahu saya akan
berbagi kamar dengan 1 orang yang juga akan tes Pencerah Nusantara besok. Teman
sekamar saya belum datang. Beristirahat sejenak, saya berencana mencari lokasi
kantor tempat seleksi karena belum pernah mengenal daerah yang saya datangi di
sekitaran Menteng, Jakarta Pusat.
Selepas
ashar, sengaja berjalan saja memutari area hotel sekaligus mencari tempat makan
untuk buka puasa. Lalu ternyata justru menemukan tempat itu di Masjid Cut
Meutia. Menghabiskan maghrib sampai tarawih sekali di sana.
Dan
hey! Saya belum menemukan kantor
tempat tes besok. Maka selepas dari Cut Meutia, saya lanjutkan berjalan mencari
kantor di Jalan Teuku Umar. Kembali ke hotel setelah menemukannya.
Teman
sekamar saya belum datang rupanya. Saya beli camilan dulu untuk mengganjal
perut dan persiapan sahur, di satu toko di depan hotel.
Tidak
lama sekembalinya saya dari membeli camilan, teman sekamar saya datang. Seorang
bidan, namanya Kurnia Safitri, dipanggil Afit. Alhamdulillah akhirnya ada teman
ngobrol setelah seharian menikmati me
time. Sudah malam, berdua istirahat, menyiapkan diri untuk besok.
Esoknya,
11 Juli 2014. Hari Jumat. Bisa dibayangkan betapa senangnya saya saat-saat
menentukan ini terjadi di hari Jumat, di bulan Ramadhan, saat saya puasa. Bismillah,
berangkat bersama Afit berjalan menuju kantor di Jalan Teuku Umar. Sesampainya di
sana, belum terlambat, tapi sudah banyak yang datang, jadi kami dapat kursi di
bagian belakang karena kursi di depan sudah penuh.
Duduk,
mendengar seorang cantik memberikan pangantar dan semangat bagi kami yang akan
tes hari ini. Nantinya saya akan tahu wanita cantik ini bernama Anindita
Sitepu, dipanggil Kak Nindi. Saat itu saya belum tahu bahwa Kak Nindi akan
membersamai tim saya sebagai wali kelas selama penugasan Pencerah Nusantara.
Mana saya tahu juga Kak Nindi-lah yang akhirnya mengkomandoi pengelolaan
Pencerah Nusantara sebagai Direktur. Saat itu saya hanya duduk menyimak, Kak Nindi
yang saat itu tergabung dalam tim Program memberikan pengantar apa yang akan
kami lalui. Kak Nindi menampilkan video Mbak Diah, Asisten Utusan Khusus
Presiden untuk MDGs, yang juga menyambut dan memberi pengantar kepada kami.
Kak Nindi memberikan sambutan |
Singkatnya,
kami melalui beberapa tes. Tes psikologi, yang terdiri dari beberapa tahap,
beberapa jenis tes kami lalui, sampai saya heran sendiri sebegitunya Pencerah
Nusantara memastikan merekrut orang yang betul-betul waras. Hehe...
Lalu
Focused Group Discussion, kami
berkelompok membahas beberapa kasus yang bisa jadi akan ditemui di lapangan. Lalu
tes wawancara secara panel. Saya berhadapan dengan 4 interviewer. Mungkin karena sedang dalam suasana senang, entah
mengapa saya sama sekali tidak grogi menjalani tes yang menghabiskan waktu dari
pagi hingga lepas tengah hari ini. Termasuk saat wawancara, malah beberapa kali
saya tertawa. Aduh! Beraninya...di hadapan pewawancara.
Ahh...sudah
berlalu. Saya tidak terlalu ambil pusing.
Seusai wawancara, kembali ke ruangan tes
utama. Belum langsung pulang kembali ke hotel, walaupun rangkaian tes sudah
usai, masih banyak yang duduk-duduk menunggu. Setelah seharian menjalani tes
dan belum sempat berkenalan satu sama lain, ini saatnya bersosialisasi. Saling mengenal,
tanya nama, tanya asal, naik apa ke Jakarta, menginap di hotel kamar nomor
berapa, take a picture, dan
sebagainya. Hingga pada akhirnya...sebagian kami yang memang dari luar kota
memutuskan akan menikmati Jakarta sejenak. Tiba-tiba kami punya agenda buka
bersama dan sholat maghrib di Masjid Istiqlal!! Sudah diputuskan. Segera balik
ke hotel, bersiap-siap.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar