Hallloooooooo………….blogku
tersayang. Sudah lama sekali tak ku-isi. Maaf ya. Nah sekarang mau nulis soal
film baru yang kayaknya bisa bikin nostalgia banget nih. Judulnya “Hasduk
Berpola”. YUP!! Ada kata hasduk. Tau hasduk kan? Kain segitiga dominan putih
dengan pinggiran merah yang dipakai PRAMUKA putra di leher setelah “dilinting”.
Ini film tentang hasduk, dan ini memang tentang PRAMUKA!!! PRAJA MUDA KARANA.
Tuh kan, nostalgia jaman putih-merah, putih-biru niihh… jaman-jaman SD-SMP
waktu “nyemplung” di kegiatan berseragam coklat-coklat itu. Heeehhmmm…
Jadi
kepo badai dengan film ini, akhirnya cari-cari deh sebenernya gimana nih cerita
“Hasduk Berpola” ini, akankah seru? Akankah seseru hari-hari dengan PRAMUKA? Heeehhmmm…
nemu sedikit review-nya, berikut ini :
Hasduk
Berpola adalah film keluarga yang mengangkat isu nasionalisme dan patriotisme
bangsa Indonesia yang akan dirilis pada 21 Maret 2013. Film yang disutradarai
oleh Harris Nizam ini dibuat berdasarkan sebuah cerita pendek berjudul sama, Hasduk
Berpola, yang ditulis oleh Bagas D. Bawono, seorang arsitek yang juga
penulis aktif. Film berdurasi 100 menit ini dibintangi oleh paduan artis cilik
dan aktor-aktris kawakan seperti Calvin Jeremy, Idris Sardi, Iga Mawarni,
Masnun, Budi Sujatmiko, Suparlan, Bening Wulandari, T. Kemaisyah, R. Ramelan,
Indra Sukmono, Fay Nabila Rizka, Bangkit Prasetyo, Petra Sihombing, dan Qois
Al-Haqqi. Mengambil setting di Bojonegoro, beberapa bintang adalah bintang baru
yang bisa berdialog dengan dialek Jawa (asiiikkk…^_^).
Film
"Hasduk Berpola" menceritakan tentang seorang veteran mantan pejuang
'45 bernama Masnun yang tinggal di Surabaya yang hidupnya sengsara dan
terlunta-lunta meskipun perjuangannya pada masa perang kemerdekaan dia harus
mempertaruhkan nyawanya membela tanah air. Masnun hidup bersama anaknya, Rahayu
yang seorang janda dengan dua orang anak bernama Budi dan Bening. Masnun
memutuskan untuk kembali ke kota asalnya, Bojonegoro. Di kota asalnya tersebut,
hidup Masnun sekeluarga tidak membaik malah semakin terpuruk.
Di
sisi lain, Budi sang cucu tertantang untuk mengalahkan temannya, Kemal dalam
kegiatan pramuka. Tapi kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, Budi tidak
mampu membeli semua perlengkapan pramuka. Budi sekuat tenaga dengan berbagai
cara berjuang untuk memiliki semua perlengkapan pramuka tersebut. Melihat
perjuangan sang kakak, Bening sang adik merasa kasihan dan merelakan seprei
kesayangannya untuk dibuat hasduk oleh sang kakak.
Nonton
trailernya, wah… serasa kembali ke saat penggalang. Bagaimana apel pembukaan
PRAMUKA dengan kakak-kakak Pembina yang baik, dengan segala atribut, dengan
kadang ada tugas ini-itu yang tujuannya melatih kedewasaan kita. apalagi cerita
ini dihubungkan dengan kisah kepahlawanan veteran perang. Melihat
pemain-pemainnya…teringat teman-teman lama, mereka menatap sebagaimana
penggalang menatap. T-O-P deh. d^_^b
Oke,
sudah cukup penasaran parah gimana cerita lengkap film ini. Salut untuk sineas
yang kembali mengangkat tema-tema nasionalisme-patriotisme melalui kisah
ke-PRAMUKA-an. Bukannya berlebihan, tapi memang saya rasa sendiri PRAMUKA itu
tempatnya seneng-seneng yang bertanggungjawab. Apaa…itu maksudnya??? =_=a
Pada
intinya, di umur saya yg sudah lewat dari belasan ini, bila ditoleh ke belakang
maka masa-masa saat “nyemplung” di PRAMUKA itu sangat berharga.
Berawal
dari SD. ekskul PRAMUKA termasuk baru dan jalannya sendiri tersendat-sendat,
tidak selalu ada latihan (pada waktu itu masih PRAMUKA SIAGA) karena minimnya
tenaga Pembina. Tapi paling tidak dari situ saya sudah mengenal PRAMUKA sebagai
: topi rimba, dan nyanyi-nyanyi seru! Sudah. Belum lama diadakan, ekskul
PRAMUKA di SD saya vakum karena……AYAHANDA PEMBINA PINDAH KE KALIMANTAN!!!! T_T
Yah…begitulah
kira-kira nasib tragis awal mulanya. Kemudian setelah lama tak “bertopi rimba
sambil nyanyi-nyanyi seru”, waktu itu saya sudah kelas 5 SD, wali kelas kami
mengumumkan akan diadakan DIANPINRU (Geladian Pemimpin Regu) tingkat Kwartir
Ranting (=tingkat Kelurahan) dan masing-masing gugus wajib mengirim wakilnya, 2
putra & 2 putri. Tak pikir lama…saya langsung mengajukan diri. Dan jadilah
kami berempat mewakili gugus sekolah mengikuti DIANPINRU KWARRAN SUKUN, Malang
yang diadakan selama 3 hari 2 malam, menginap di sekolah SD tetangga yang ditunjuk
sebagai tuan rumah.
Singkat
kata, ini pengalaman pertama saya tidur di luar rumah bertemu dengan banyak
orang baru yang sebelumnya belum pernah saya kenal. Anak seusia saya dari SD
hingga SMP ada di sana, bertemu kakak-kakak Pembina yang memberikan berbagai
materi, jalan-jalan jelajah, pionerring. Saya culun tentang itu semua!! Baru
tau saya bahwa yang namanya PRAMUKA tidak sekedar “topi rimba dan nyanyi-nyanyi
seru”… saat di camp kami belajar
hidup mandiri, hidup bersama dan berbagi. Di DIANPINRU ini juga ada tes-nya
lho~ dan saya masih heran bagaimana saya masih bisa nyantol di peringkat 11
dari sekian ratus orang dalam tes. Padahal saya yang culun jawab tesnya ngawur parah waktu itu. What a miracle…
Lanjut
SMP, bilang saja saya sudah kecantol dengan PRAMUKA. Langsung deh gabung di
Dewan Galang, dan di sini pengalaman semakin berlipat. Saya sekolah di SMP 5
Malang yang Alhamdulillah kegiatan PRAMUKA-nya aktif jaya!! Pangkalan kami
HAMID RUSDI, jargonnya “Vini Vidi Vici, HAMID RUSDI JAYA!!” Bergabung pada tim
putri Lavender, kami mulai sering kemping, persami, api unggun, lomba, jelajah,
latihan bareng, diklat, penempuhan SKU dan SKK…
Banyak
pengalaman lucu dan seru selama 3 tahun di PRAMUKA SMP. Salah satunya… saya
ingat seumur hidup ini saya hanya satu kali pingsan seketika tak sadarkan diri.
Dan itu karena…PRAMUKA!! Jadi ceritanya kami akan mengikuti lomba perkemahan
penggalang. Dengan banyaknya mata lomba, kami berlatih setiap habis mata
pelajaran sekolah hingga sore hari. Begitu setiap hari. Entah mungkin karena
memang daya tahan juga sedang tidak baik, maka suatu pagi badan lemas, akhirnya
saya “bolos” tak berangkat ke sekolah. Untungnya kejadian pingsan saya ini
terjadi di rumah saja dengan ada ortu yang jadinya menyempatkan “meliburkan
diri” pula dari kantor. Pingsan tepat di pintu kamar setelah tidak menghabiskan
sarapan pagi… gag keren banget!
Serunya
berlatih tali-temali sampai tangan temen keiket-iket kelilit. Mengirim
sandi-sandi rumput yang njlimet, latihan
morse sampai ribut semua peluit akhirnya bunyi. Jalan jongkok muter pelataran
sekolah akibat telat bangun pagi (kaki langsung biru-biru deh…), push up di
tanah lumpur. Gimana dikerjain kakak Pembina yang ngajak jelajah muter hutan
yang ternyata rutenya melingkari area kemping sajaa… =_=a
Dan
yang gag kalah seru waktu
berkesempatan ikut JAMBORE CABANG kota Malang mewakili Kecamatan Klojen. Di
sana kami membentuk regu baru yang merupakan tim gabungan dari beberapa SD-SMP.
Jambore dilakukan di bumi perkemahan Hamid Rusdi kota Malang yang waktu itu
belum sebagus sekarang ini. Saya tergabung di Regu Cempaka, selain kami
Kecamatan Klojen juga diwakili oleh Regu Tulip dan Regu Garuda di tim putra.
Ada yang lucu tentang nama-nama ini. Contohnya Regu Cempaka ini. Kami mendirikan
kemah di area tinggi yang lumayan banyak angin tanpa ada penghalang karena
kemah kami lumayan di pinggir. Yang namanya kemah regu, kami juga mendirikan
pagar sebagai batas plus gapura sederhana dari pioneering tongkat yang lalu
kami hias sederhana dengan tidak meninggalkan ciri regu Cempaka dan papan
regunya. Dengan adanya angin…gapura ini sering terpapar hembusan yang akhirnya
suka meliuk-liuk miring. Dengan banyaknya rangkaian kegiatan jambore, kadang
kami tak segera membenarkan kembali posisi gapura ini. Jadilah dia condong ke
kanan-kiri… dan saat itu sedang populer lagu campursari Waru Doyong…maka jadilah regu kami disebut CEMPAKA DOYONG. =_=a
Regu
Tulip yang anggotanya suka nari-nari gag jelas…dinamai TULIP NGEBOR. Regu putra
GARUDA, tak ada alasan khusus kenapa jadi Garuda Eagle. Kayaknya garuda sama eagle artinya sama aja kalee’…
Dan
masih di area Jambore (jambore ini emang lama banget, 5 hari 4 malam, otomatis
kenang2annya banyak)…suatu saat kami mengikuti kegiatan dinamis untuk tahu
bagaimana melakukan SAR darat, SAR air, pendakian, juga bersepeda keliling
Malang. Kebetulan saya dan satu orang teman seregu saya didelegasikan untuk
bersepeda keliling Malang. Yang dimaksud keliling ini…benar-benar mengutari
kota Malang!! Menempuh kurang-lebih 30 km berangkat siang hari, dan kami baru
kembali di area bumi perkemahan setelah jauh gelap saat rekan seregu sudah
terlelap tidur. Badan terasa melayang, sendi-sendi kaki serasa lepas dari
tempatnya. Mengayuh sepeda seharian menimbulkan efek seolah kaki masih tak
kenal menapak, hanya berputar mengayuh…fiuuuhhh…capekk…
mimpi…bersepeda. =_=a
Di
malam terakhir Jambore, acaranya adalah api unggun yang di sana kami
masing-masing delegasi gugus kecamatan menampilkan pertunjukan. Ahh…api unggun
perpisahan. Saya masih ingat bagaimana kami tertawa bersama karena maskot
pertunjukan drama lawak sederhana kami bertingkah konyol memarodikan peri
Nirmala dari serial komk strip Bobo. Ahh…api unggun perpisahan. Setelah
rangkaian latihan persiapan hingga 4 hari 4 malam ini bersama dengan
teman-teman seregu, bertemu dengan sesama Penggalang dari mana-mana, ahh…sudah
waktunya berpisah. Seperti masih belum rela berpisah, kami tak terus tidur
setelah api unggun. Berkelompok, hanya duduk melingkar beratap langit di luar
tenda di dekat dapur umum…sekalian
“inspeksi” menghabiskan logistik yang masih tersisa…bercerita, bercanda
tawa, sampai tidur pun akhirnya kami tak jua masuk ke tenda. Justru kami cari
plastik lebar seadanya, lalu tidur di sana, menatap langit.
PRAJA MUDA KARANA long the way
PRAJA MUDA KARANA Indonesia
PRAMUKA
PRAJA MUDA KARANA long the way
Hepi ye ye ye Hepi yee…
Aku pilih PRAMUKA wae
Siang jadi kenangan malam jadi
impian
Cintaku…semakin mendalam
[salah
satu dari sekian lagu yang diajarkan kakak Pembina kami]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar