Catatan ini saya copy dari Darwis Tere Liye di page facebook-nya. Karena ada hikmah di dalamnya, maka ada baiknya catatan ini dijadikan renungan. Terima kasih.
Ada
seorang atlet dunia yang mengagumkan. Saat ditanya, apa rahasia
terbesarnya hingga dia berkali-kali memecahkan rekor dunia? Jawabannya
pendek: saya bertanding melawan diri sendiri, saya berusaha terus
menerus mengalahkan diri sendiri. Ini sesungguhnya jawaban yang super,
menjelaskan banyak hal. Tapi bagaimana bisa dia jadi juara dunia jika
dia hanya sibuk melawan dirinya sendiri? Bukankah dia harus peduli
dengan catatan waktu pesaingnya? Bagaimana pesaingnya berlatih? Kemajuan
pesaingnya. Tidak, dia tidak peduli. Baginya, setiap hari menjadi lebih
baik, setiap hari memperbaiki rekor sendiri, jauh lebih penting
dibanding memikirkan orang lain. Maka itulah yang terjadi, resep ini
berhasil, berkali-kali dunia menyaksikan atlet hebat ini memecahkan
rekor dunia, rekor yang tercatat atas nama dirinya sendiri. Jika dia
hanya sibuk memikirkan orang lain, boleh jadi dia hanya berhasil
memecahkan rekor itu sekali, lantas berpuas diri, merasa cukup. Game
over.
Logika memperbaiki diri sendiri dan terus melakukan yang
terbaik ini sangat efektif dalam banyak hal. Sekolah misalnya. Kita
tidak perlu peduli kita ranking berapa, kita lulusan terbaik atau bukan,
sekolah terbaik atau bukan, pokoknya belajar yang terbaik, maka lihat
saja besok lusa, ternyata semua hal datang dengan sendirinya, termasuk
ranking dan kesempatan melanjutkan di tempat lebih baik. Juga pekerjaan.
Kita tidak perlu peduli siapa pesaing di sekitar, siapa yang akan
menyalip dsbgnya, posisi dsbgnya, pokoknya bekerjalah yang terbaik,
memperbaiki diri sendiri secara terus menerus. Maka, lihat saja besok
lusa, semua pintu2 kesempatan akan terbuka dengan sendirinya.
Nah, termasuk mencari jodoh. Rumus ini juga berlaku sama sederhananya.
Teruslah memperbaiki diri, maka besok lusa, jodoh terbaik akan datang.
Banyak orang yang berpikir sebaliknya, sibuk pacaran, sibuk cari2
perhatian, sibuk jatuh hati, sibuk 'mencari jodoh'--di usia dini sekali.
Itu benar, kita boleh jadi segera mendapatkan yang diinginkan tersebut,
tapi hanya sebatas itulah definisi jodoh terbaik yang kita dapatkan.
Berbeda jika dengan sibuk memperbaiki diri. Terus sekolah dengan baik
misalnya, belajar apa saja. Termasuk belajar ilmu agama, semakin
bermanfaat bagi sekitar, mencemerlangkan akhlak, maka jalinan
silaturahmi akan semakin luas, membuat kesempatan bertemu dengan jodoh
terbaik lebih lebar. Dengan terus memperbaiki diri, kita bisa mengenal
banyak orang, paham banyak karakter, memiliki prinsip2 yang baik, dan
itu lagi-lagi membuka lebih lebar kesempatan bertemu dengan jodoh
terbaik.
Bayangkan saja seseorang yang hanya tinggal di sebuah
kampung, sibuk pacaran di kampung itu saja, menikah. Selesai. Itulah
ruang lingkup jodoh terbaiknya. Sebaliknya seorang remaja puteri, yg
memilih terus belajar memperbaiki diri sendiri, bodo amat teman2nya
sudah pacaran, dengan terus belajar dia bisa membuka pintu sekolah di
kota lain, bertemu dengan banyak orang, dengan belajar agama dia
memiliki prinsip2 hidup yg baik, bisa memilih teman bergaul yang baik,
hingga akhirnya bertemu dengan jodoh terbaiknya. Dia berhasil
meningkatkan berkali-kali lipat kesempatan jodoh terbaiknya. Bukan cuma
si cowok paling ganteng di kampung tersebut--yang ditaksir gadis
sekampung.
Nah, apakah dengan terus memperbaiki diri menjamin
mendapatkan jodoh terbaik? Tidak. Memang tidak. Tapi rasa-rasanya, jika
proses terus memperbaiki diri itu dilakukan dengan baik, kalian akan
berbahagia dengan apapun situasi yang akan dihadapi. Jadi kalaupun dia
gagal memberikan jodoh tampan macam anggota boyband korea, atau baik
hati pol macam poh si kungfu panda, dia sukses memberikan sesuatu:
pemahaman yg baik, bekal hidup yang baik. Dan kalian siap dengan takdir
apapun dari Tuhan.
Berikut sekilas profil tere liye :
“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari
bahasa India dengan arti : untukmu, untuk-Mu. Tampaknya Tere-Liye tidak
ingin dikenal oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya
informasi yang pembaca dapat melalui bagian “tentang penulis” yang
terdapat pada bagian belakang sebuah novel.
Lahir dan besar di pedalaman sumatera, anak keenam dari tujuh bersaudara. Dari keluarga petani.
born May 21, 1979 in Tandaraja (Palembang), Indonesia
gender male
Sekolah:
SDN 2 Kikim Timur Sumsel
SMPN 2 Kikim Timur Sumsel
SMUN 9 Bandar Lampung
Fakultas Ekonomi UI
Buku:
1. Daun yg Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Umum, 2010)
2. Pukat (Penerbit Republika, 2010)
3. Burlian (Penerbit Republika, 2009)
4. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
5. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)
6. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)
7. The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006)
8. Sang Penandai (Serambi, 2007)
9. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009)
10. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)
11. Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)
12. Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)
13. Eliana (serial anak-anak mamak)
Thanks for:
http://www.goodreads.com/author/show/838768.Tere_Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar