“Apa rasanya jika sejarah kita
berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
Nenek saya seorang penjual
roti, dan dia,
Bersama kakek yang tidak saya
kenal,
Mewariskan anggota keluarga
baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”
Madre
adalah buku kumpulan cerita Dee yang berisi 13 karya fiksi dan prosa pendek.
Madre sendiri adalah satu judul cerita pendek dalam buku itu.
Madre,
Bercerita
tentang pria pantai yang sebelumnya hidup dengan aturannya sendiri, dengan
penghiburannya sendiri, dengan keinginannya sendiri yang hanya dia yang tahu.
Tiba-tiba diberitahu bahwa moyangnya adalah tukang roti. Bahwa seperempat
darahnya adalah Cina, yang berasal dari kakeknya itu yang baru dia kenal di
saat kematiannya. Bukan sekedar tukang roti sebenarnya... lebih tepatnya,
kakek-neneknya adalah pembuat sekaligus pemilik toko roti legendaris, kalau tak
dibilang antik. Dan dia baru tahu itu semua, tiba-tiba, setelah diundangnya dia
pada acara pemakaman seseorang yang ternyata kakeknya itu. Dan kakeknya itu
mewariskannya anggota keluarga : Madre. Madre adalah sebutan untuk adonan biang
roti yang dibuat neneknya yang menghidupi toko roti antik mati suri yang kini
nasibnya juga ada di tangannya. Madre, berasal dari bahasa Spanyol, artinya:
Ibu.
Cerita
berlanjut dengan segala bumbu di dalamnya, yang diakhiri dengan indahnya. Pria
pantai itu memutuskan menerima benarlah dirinya adalah generasi tukang roti,
dia hidupkan kembali toko roti mati suri itu dengan “sedikit” bantuan dari
“peri roti” yang cantik.
Huhmm…lalu
apa yang perlu kukomentari tentang cerita ini?
Menurutku
yang pertama adalah tanggung jawab. Kali ini kita bicara tentang tokoh utama, Tansen
Roy Wuisan, si pria pantai itu. Dari keterikatannya dengan pantai, perlahan dia
melihat bahwa persoalan “menghidupkan” kembali Madre bukan sekedar perkara
antara dia dan Madre dan toko roti itu. Tansen yang semula menganggap
warisannya bukan haknya, bukan seharusnya ada padanya. Dan karena “paksaan”
dari Pak Hadi untuk melanjutkan usaha kakeknya, menjadi merasa sangat alergi di
dekat warisannya itu. Madre baginya benda mati saja yang entah mengapa
disorongkan padanya. Maka dia menerimanya dari Pak Hadi, dengan tekad
membuangnya jauh-jauh supaya hidupnya tidak lagi terikat pada Madre, dia ingin
kembali pada dunianya.
Namun
kemudian, ketika telah dia siapkan segala hal “pembuangan” Madre, justru dia
melihat betapa ada orang lain yang begitu terikatnya pada Madre, yang seolah
Madre itu manusia hidup saja. Maka dia lalu membatalkan rencana penjualan
Madre, bukan karena Madre adalah benda mati semata. Tapi juga karena para
pegawai sepuh yang juga menjadi keluarganya seketika, tentang wasiat kakeknya
terhadapnya, tentang harapan yang digantungkan padanya.
Yang
kedua adalah tentang kesetiaan, loyalitas. Di sana diceritakan bagaimana
pegawai-pegawai toko roti yang sepuh, mantan pegawai kakek-neneknya itu bekerja
dengan tulus, menganggap yang mereka kerjakan bukan sekedar rutinitas, bukan
keharusan, tapi bagai sebagian hidupnya yang seketika kembali menemukan ruh dan
jiwa. Dengan senang mereka bekerja, layaknya sahabat sedari lama yang telah
bertransformasi saling berkeluarga. Mereka terikat dengan Madre, juga toko roti
itu. Mereka bekerja bukan sekedar untuk materi, bukan sekedar untuk mendapat
uang. Melainkan seakan ada suatu kekuatan ikatan yang dengannya mereka bahagia,
mereka hidup.
Ini
semua akhirnya bermuara pada pemahaman kita tentang nilai. Katakanlah bahwa
penggambaran sesuatu yang bernilai ini adalah Madre. Iya, Madre hanyalah biang
ragi roti. Madre hanyalah benda mati. Tansen menganggapnya tak berarti, Pak
Hadi dan para pekerja toko memperlakukannya seolah Madre adalah anggota
keluarga, lebih-lebih Mei si “Fairy Bread” yang menghargai Madre sebagai
sesuatu yang dapat mengembalikan kepercayaan keluarganya, menghapus rasa
bersalahnya.
Ini
semua akhirnya bermuara pada pemahaman kita tentang nilai. Coba sebut kata apa
pun yang ada di benak…mengapa kata itu punya arti? Itu karena telah ada
pemberian makna, akan benar-benar bermakna bila pengguna kata itu paham benar
maknanya. Mbulet? Yeah! =_=a
*kumat*
Judul-judul
karya fiksi dan prosa dalam Madre antara lain :
- Madre
(halaman 1)
- Rimba
Amniotik (halaman 73)
- Perempuan
dan Rahasia (halaman 76)
- Ingatan
tentang Kalian (halaman 78)
- Have
You Ever? (halaman 81)
- Semangkok
Acar untuk Cinta dan Tuhan (halaman 100)
- Wajah
Telaga (halaman 104)
- Tanyaku
Pada Bambu (halaman 106)
- 33
(halaman 109)
- Guruji
(halaman 111)
- Percakapan
di Sebuah Jembatan (halaman 123)
- Menungu
Layang-Layang (halaman 126)
- Barangkali
Cinta (halaman 159)